Search

http://www.lintasberita.web.id/

Blog ini didedikasikan oleh teman-teman Aliansi Pecinta Kampus (A.P.K)

Tafsir Hadis (b), Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah JAKARTA 2006.

Blog ini didedikasikan oleh teman-teman Aliansi Pecinta Kampus (A.P.K)

Tafsir Hadis (b), Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah JAKARTA 2006.

Blog ini didedikasikan oleh teman-teman Aliansi Pecinta Kampus (A.P.K)

Tafsir Hadis (b), Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah JAKARTA 2006.

Blog ini didedikasikan oleh teman-teman Aliansi Pecinta Kampus (A.P.K)

Tafsir Hadis (b), Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah JAKARTA 2006.

Blog ini didedikasikan oleh teman-teman Aliansi Pecinta Kampus (A.P.K)

Tafsir Hadis (b), Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah JAKARTA 2006.

Kami tunggu komentar-komentar anda (bebas tapi sopan)

Pages

Minggu, 09 Oktober 2011

Kritik terhadap sanad hadits tentang "Kriteria dalam memilih pasangan hidup"

Pernikahan merupakan sebuah status sosial yang penting dalam sebuah negara dan mengandung nilai spiritual yang mendasar di dalam setiap agama. Walaupun metode di dalam pelaksanaanya memiliki perbedaan, namun di dalam setiap agama upacara pernikahan selalu diliputi nuansa sakralitas. Ini merupakan bukti urgensi dari sebuah pernikahan sebagai sarana penyatuan dua manusia yang memiliki jenis kelalamin berbeda (Pria dan Wanita). Sebuah rumusan yang terkandung dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1974 pasal 1 bahwa: “Perkawinan merupakan ikatan lahir dan batin antara seorang wanita dengan seorang pria sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Rumusan tersebut  memberikan tambahan bukti urgensi sebuah pernikahan, khusunya dalam perspektif negara Indonesia.


Antara negara dan agama, kedua-duanya menilai perkawinan tidak cukup dengan ikatan lahir atau batin saja tetapi harus kedua-duanya. Dengan adanya ikatan lahir dan batin inilah perkawinan merupakan satu perbuatan hukum di samping perbuatan keagamaan. Sebagai perbuatan hukum karena perbutan itu menimbulkan akibat-akibat hukum baik berupa hak atau kewajiban bagi keduanya. Sedangkan sebagai akibat perbuatan keagamaan karena dalam pelaksanaannya selalu dikaitkan dengan ajaran-ajaran dari masing-masing agama dan kepercayaan yang sejak dahulu sudah memberi aturan-aturan bagaimana perkawinan itu harus dilaksanakan.


Dalam masalah perkawinan, Islam telah berbicara banyak. Dari mulai bagaimana mencari kriteria bakal calon pendamping hidup, hingga bagaimana memperlakukannya kala resmi menjadi sang penyejuk hati. Islam menuntunnya. Begitu pula Islam mengajarkan bagaimana mewujudkan sebuah pesta pernikahan yang meriah, namun tetap mendapatkan berkah dan tidak melanggar tuntunan sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, begitu pula dengan pernikahan yang sederhana namun tetap penuh dengan pesona. Islam mengajarkannya.


Dalam menentukan kriteria calon pendamping hidup, kaum muslimin di ajarkan oleh Rasulullah di dalam sabda beliau:
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « تُنْكَحُ النِّسَاءُ لأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا. فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ ».
Artinya: Wanita dinikahi karena empat perkara; karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikan, dan karena agamanya. Maka pilihlah yang memiliki agama (taat dalam beragama), niscaya kamu beruntung” (HR: Ibn Majjah)
Hadis tersebut di atas mengajarkan bagaimana seharusnya seorang muslim dalam menentukan pendamping hidup, karena pernikahan bukanlah persoalan kecil dan sepele, tapi merupakan persoalan penting dan besar. ‘Aqad nikah (perkawinan) adalah sebagai suatu perjanjian yang kokoh dan suci (MITSAAQON GHOLIIDHOO), sebagaimana firman Allah Ta’ala.
“Artinya : Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami istri dan mereka (istri-istrimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat”. (An-Nisaa’ : 21).

Karena itu, diharapkan semua pihak yang terlibat di dalamnya, khususnya suami istri, memelihara dan menjaganya secara sungguh-sungguh dan penuh tanggung jawab.Agama Islam telah memberikan petunjuk yang lengkap dan rinci terhadap persoalan perkawinan. Mulai dari anjuran menikah, cara memilih pasangan yang ideal, melakukan khitbah (peminangan), bagaimana mendidik anak, serta memberikan jalan keluar jika terjadi kemelut dalam rumah tangga, sampai dalam proses nafaqah dan harta waris, semua diatur oleh Islam secara rinci dan detail. Selanjutnya untuk memahami konsep Islam tentang perkawinan, maka rujukan yang paling sah dan benar adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah Shahih (yang sesuai dengan pemahaman Salafus Shalih -pen). Dengan rujukan ini kita akan dapati kejelasan tentang aspek-aspek perkawinan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari bagi umat Islam.

Kegiatan Takhrij hadis
Pada kesempatan kali ini penulis tidak akan membahas tentang konsep pernikahan di dalam Islam secara panjang-lebar, karena hal tersebut akan keluar dari tema yang penulis usung kali ini, "Kritik terhadap sanad hadits tentang "Kriteria dalam memilih pasangan hidup". Pertama-tama yang perlu diketahui yaitu hadis yang akan dibahas kali adalah hadis yang telah disebutkan di atas. Yaitu hadis yang terdapat di dalam kitab "Sunan Ibn Majah", di dalam kitab "nikah" bab "menikah dengan yang memiliki agama "taat beragama", sebagai berikut.
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ حَكِيمٍ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِى سَعِيدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ  تُنْكَحُ النِّسَاءُ لأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا. فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ .
Setelah melakukan penelitian dengan menganalisa kita-kitab kamus hadis, hadis di atas terdapat di beberapa kitab induk hadis, sebagai berikut:
  1. Shahih Bukhari, juz 5 halaman1958 dan juz 17 halaman 127.
  2. Shahih Muslim, bab ke-15, juz 2 halaman 1086, bab ke-15, juz 4 halaman 175, dan  masih di dalam bab ke-15, juz 9 halaman 372.
  3. Sunan Abu Daud, juz 6 halaman 223 dan juz 1 halaman 624.
  4. Sunan Nasa'i, juz 6 halaman 68 dan 376, kemudian pada juz 10, halaman 398.
  5. Sunan Ibn Majah, juz 6 halaman 37 dan juz 1 halaman 597.
  6. Musnad Ahmad bin Hanbal, di dalam Musnad Abu Hurairah, halaman 300

Setelah mengumpulkan data-data di atas, berikut ini penulis akan memaparkan hadis tersebut dari setiap mukharrij secara lengkap.
Riwayat hadis dari jalur sanad Bukhari:
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِى سَعِيدُ بْنُ أَبِى سَعِيدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ - رضى الله عنه - عَنِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ « تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا ، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ »
Riwayat hadis dari jalur sanad Muslim:
حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ وَمُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَعُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ سَعِيدٍ قَالُوا حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ أَخْبَرَنِى سَعِيدُ بْنُ أَبِى سَعِيدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ ».
Riwayat hadis dari jalur sanad Abu Daud:
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى - يَعْنِى ابْنَ سَعِيدٍ - حَدَّثَنِى عُبَيْدُ اللَّهِ حَدَّثَنِى سَعِيدُ بْنُ أَبِى سَعِيدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « تُنْكَحُ النِّسَاءُ لأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ ».
Riwayat hadis dari jalur sanad sunan Nasa'i:
أَخْبَرَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ سَعِيدٍ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِى سَعِيدٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ « تُنْكَحُ النِّسَاءُ لأَرْبَعَةٍ لِمَالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَالِهَا وَلِدِينِهَا فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ ».
Riwayat hadis dari jalur sanad Ahmad bin Hanbal:
حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ حَدَّثَنِى أَبِى حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِى سَعِيدٌ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- « تُنْكَحُ النِّسَاءُ لأَرْبَعٍ لِمَالِهَا وَجَمَالِهَا وَحَسَبِهَا وَدِينِهَا فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ ».
Kegiatan al-I’tibar
Kegiatan al-I’tibar gunanya adalah untuk memperlihatkan dengan jelas seluruh jalur hadis yang diteliti, termasuk nama-nama periwayatnya, dan metode periwayatan yang digunakan oleh masing-masing periwayat yang bersangkutan. Untuk lebih jelas penulis paparkan dalam bentuk skema sanad (dapat di lihat pada skema sanad 1.). Di harapkan dengan melihat skema seluruh sanad dapat memberikan kejelasan baik dari segi penyampaian, metode penyampaian, ketersambungan sanad, serta kuantitas perawi hadis dalam setiap tingkatan sanad.
Kritik Sanad Hadis, jalur sanad Ibn Majjah (Hadis yang pertama) 
1. ABU HURAIRAH
  • Nama Lengkap: Nama lengkap beliau adalah Abdul Rahman bin Shakhr. Akan tetapi nama ini bukan nama asli beliau, nama beliau ketika masih Jahiliyyah adalah Abdul Syamsu bin Shakr. Kunyah beliau sebelum masuk Islam adalah Abu Aswad, kemudian setelah beliau masuk Islam Nabi member kunyah beliau yaitu Abu Hurairah. Ini karena kedeketan beliau dengan kucing sehingga Nabi memberi gelar tersebut.(Lihat “al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah”, karya Ibn Hajar al-Atsqalani).
  • Guru-gurunya: Beliau bukan hanya belajar dengan Nabi, akan tetapi beliau belajar pula dengan sahabat- sahabat yang lain seperti: Umar bin Khathab, Abu Bakr Al- Shiddiq, Aisyah dan lain- lain.
  • Murid-muridnya: Beliau juga sangat banyak sekali memiliki murid yang meriwayatkan hadis dari beliau diantaranya: Muhammad bin Ziyad, Al- Aghr Abu Muslim, Basar bin Sa’id, dan Basyir bin Nahiq, Abu Shalih As-Samaan.
  • Tahun Wafat: Beliau Wafat pada tahun 57 H, ada juga yang berpendapat bahwa beliau wafat tahun 58, dan ada juga yang mengatakan tahun 59 H.
  • Tempat Tinggal: Beliau menetap di Madinah. Beliau pernah menetap di Kuffah dan mengajarkan hadis Nabi di sana.(Lihat “al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah”, karya Ibn Hajar al-Atsqalani).
  • Komentar Ulama’ hadis tentang beliau: Para Ulama bersepakat bahwasanya Abu Huraira adalah Sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadis. Hadis yang diriwayatkan beliau kira- kira sebanyak 5300 hadis (Baca: Ibn Hajar, Al- Ishabah Fi Tamyiz Al- Sahabah. ( Al- Maktabah Al- Taufiqiyah ) Juz 7 hal 378.).
2. ABU SA’IID
  • Nama Lengkap: Namanya Kiisan Abu Sa’iid al-Makburi al-Madini.
  • Guru: Beliau menerima hadis dari Asamah bin Zaid, Abdullah bin Salam, Uqbah bin Amir al-Juhni, Ali bin Abi Thalib, Umar bin Khattab, Hasyim bin Utbah bin Abi Waqaash, Abi Sa’id al-Khudri, dan Abi Hurairah.
  • Murid: Abu Shakhra Haamid bin Ziyaad, anaknya yaitu Sa’iid bin Abi Sa’iid, dan cucunya yaitu Abdullah bin Sa’iid bin Abi Sa’iid, Abdul Malik bin Naufal, Amru bin Abi Amru dan yang lainnya.
  • Tahun Wafat: 100 H pada masa kekhalifahan Umar bin Abdul Aziz, menurut Abu Hatim beliau wafat di Madinah.
  • Tempat Tinggal: Madinah (Baca: Yusuf bin Zakiy Abdurrahman Abu al-Hajjaaj al-Mizi, Tahzibul Kamal, Dar al-Fikr (Beirut), dalam bab “harful Kaf) 
  • Komentar Ulama’: Menurut Al-Waaqdi beliau tsiqah”, komentar Nasa’i terhadap beliau: la ba’sa bih” (Baca: Tahzibut Tahzib, Ahmad bin Ali bin Hajar Abu Fadl al-Asyqalani asy-Syafi’i, di dalam  bab “harful Kaf.

Popular Posts